Tugas individu
pemeriksaan head to-to dan pemeriksaan persistem
Oleh :
Nama : HARDA WIJAYA
Nim : 70300110043
Kelas : KEPERAWATAN_B
jurusan
keperawatan
fakultas
ilmu kesehatan
universitas
islam negeri Makassar
2011
PEMERIKSAAN FISIK Head to-to
1.
Pemeriksaan fisik kepala
Tujuan pengkajian kepala adalah
mengetahui bentuk dan fungsi kepala. Pengkajian diawali dengan inspeksi
kemudian palpasi
Cara
inspeksi dan palpasi kepala
1. Atur
pasien dalam posisi duduk atau berdiri
bergantung pada kondisi pasien dan jenis pengkajian yang akan dilakukan)
2. Bila
pasien memakai kaacamata, anjurkan untuk melepasnya
3. Lakukan
inspeksi yaitu dengan memperhatikan kesimetrisan wajah, tengkorak, warna dan
distribusi rambut, serta kulit kepala.
Wajah normalnya simetris antara kanan dan kiri. Ketidaksimetrisan wajah dapat
menjadi suatu petunjuk adanya kelumpuhan / paresis saraf ketujuh
bentuk tengkorak yang
normal adalah simetris antara bagian frontal menghadap kedepan dan bagian
parietal menghadapa kebelakang. Distribusi rambut sangat bervariasi pada setiap
orang dan kulit kepala normalnya tidak mengalamai perdangan, tumor, maupun
bekas luka/ sikatriks.
4. Lanjutkan
pengkajian dengan palpasi untuk mengetahui keadaan rambut, massa, pembengkakan,
nyeri tekan, keadaan tengkorak dan kulit kepala. Palpasi tulang tengkorang pada
bayi juga dilakukan dengan tujuan mengetahui ukuran fontanel.
2. Pemeriksaan fisik Telinga
Inspeksi
dan palpasi
a. Bantu
pasien dalam posisi duduk. Pasien yang masi anak-anak dapat diatur duduk di
pangkuan orang lain.
b.
Atur posisi anda duduk menghadap sisi
telinga pasien yang akan dikaji.
c. Untuk
pencahayaan, gunakan auriskop, lampu kepala, atau sumber cahaya yang lain
sehingga tangan anda dapat bebas bekarja.
d. Mulai
amati telinga luar, periksa ukuran, bentuk, warna, lesi, dan adnya massa pada
pinna.
e. Lanjutkan
pengkajian palpasi dengan cara memegang telinga dengan ibu jari dan jari
telungjuk.
f. Palpasi
kartilago telinga luua secara sistematis yaitu jaringan lunak, kemudian
jaringan keras, dan catat bila ada nyeri.
g. Tekan
bagian tragus ke dalam dan tekan pula tulang telinga di bagian daun telinga.
Bila ada peradangan, pasien akan marasa nyeri.
h. Bandingkan
telinga kiri dam telinga kanan.
i. Bila
diperlukan lanjutkan pengkajian telinga bagian dalam. Latihan pengkajian
telinga bagian dalam harus dibawah pengawasan instrutur yang berpengalaman dan
menguasai teknik pengkajian telinga bagian dalanm.
j. Pegang
bagian pinggir daun telinga/heliks dan secara perlahan-lahan tarik daun telinga
keatas dan kebelakang sehingga lubang telinga menjadi lurus dan mudah diamati.
Pada anak-anak, daun telinga ditarik kebawah.
k. Amati
pintu masuk lubang telinga ada perhatikan ada atau tidaknya peradangan, pendarahan ,atau kotoran.
l. Dengan
hati-hati masukkan otoskop yang menyala kedalam lubang telinga.
m. Bila
letak otoskop sudah tepat, arahkan mata anda pada eyepiece.
n. Amati
adanya kotoran, serumen, peradangan, atau adana benda asing pada dinding lubang
telinga.
o. Aamati
bentuk, warna, pransparansi, kilau, perporasi, atau adanya darah, cairan, pada
membang timpani.
Cara
pemeriksaan pendengaran dengan bisikan
a. Atur
posisi [asien berdiri membelakangi anda pada jarak sekitar 4,5-6 meter.
b. Anjurka
pasien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa.
c. Bisikkan
suatu bisingan (mis, tujuh, enam).
d. Beri
tahu pasien untuk mengulangi bilangan yang didengar.
e. Periksa telingah yang diseblahnya dengan cara
yang sama.
f. Bnbingkan
kemampuan mendengar pada telinga kanan dan kiri pasien.
Cara
pemeriksaan pendengaran dengan menggunakan arloji
a. Pegan
sebuah arloji di samping telinga pasien.
b. Minta
pasien menyatakan apakah dendengar detak arliji.
c. Pindah
posisi arliji perlahan-lahan jenjauhi telinga dan minta pasien menyatakan bila
tidak dapat mendengar lagi detak arloji tersebut. Normalnya detak arloji masi
dapat didengar sampai jarak sekitar 30 cm dari telingah.
d. Bandangkan
telinga kanan dan kiri.
Cara
pemeriksaan pendengaran dengan garpu tala
1. Pemeriksaan partama (rinne)
·
Vibbrasikan garpu tala.
·
Letakkan garpu tala pada mostaid kanan
pasien.
·
Anjurkan pasien untuk memberi tahu
sewaktu tidak merasakan getaran lagi.
·
Ankat garpu tala dan pegang di depan
teli kanan pasien dengan posisi garpu tala paratel terhadap lubang telinga luar
pasien.
·
Anjurkan pasien untuk memberi tahu
apakah masi mendengar getaran garpu tala atau tidak. Normalnya suaragataran
masi dapat didengar karena kondasi kondusi udarahlebih baik dari pada kondusi
ulang.
2. Pemerisaan kedua (weber)
·
Ibrasikan garpu tala.
·
Letakkan garpu tala ditengah-tengah
puncak kepala pasien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar